Tuesday, May 4, 2021

Dari Kotaagung ke “KOTA YANG AGUNG”

 

SIAPA yang bakal menyangka, bahwa kelak, bocah yang masa kecilnya dihabiskan enam tahun belajar di sekolah dasar inpres (instruksi presiden, zaman Orde Baru SD Inpres merupakan SD kecil yang levelnya di bawah level SD negeri biasa karena langsung dapat bantuan dana melalui program inpres) ini bisa melangkahkan kakinya dengan mulus untuk menimba ilmu di sebuah kota yang maju dan agung, di jantung Benua Eropa. Kota Berlin. Kota ini selain ibu kota Negara Jerman, juga secara geografis tepat berada di tengah-tengah atau jantungnya negera Jerman. Sedangkan Jerman sendiri juga berada di tengah-tengah Benua Eropa.

 

  YYYYYYY


I am Trufi Murdiani, your lecturer in this class. This course is called E-commerce with 4 credits, that contains 2 credits for theory and the rests are the workshop of practices.

And before we start our class, let me introduce my self. As I mentioned above, I have been in Berlin. Yeah, I took a study at IIJ, an International Institute for Journalism, based in Berlin, Germany. I granted a fully scholarship there to learned Economic and Financial Reporting.


At that time, I was a young journalist of Radar Lampung Newspaper, based in Kotaagung, Tanggamus Regency. I was very proud cause from the small city named Kotaagug I can freely fly to a great city, Berlin. And moreover, with a schengen visa in my wallet, I travelled to other cities in Europe as well.



And this is me. Aku dilahirkan di Bekasi sebagai anak kedua dari 4 bersaudara. Ayahku dulu seorang tukang ojek. Tentunya, pada masa itu belum ada ojek online, semua masih konvensional. Sesungguhnya ayahku, adalah karyawan sebuah pabrik tekstil di Kota Bekasi, tanah kelahiranku. Ia menyambi ngojek sepulang kerja hingga malam hari. Aku sangat bangga akan kegigihan ayahku, hingga semua putra-putrinya jadi sarjana bahkan    pascasarjana.

Saat ini aku tinggal di Jalan P. Antasari Bandar Lampung. Jenjang S-1 aku selesaikan di Lampung dan S2 dari Ateneo De Manila University, Filipina tahun 2012.

Lama berpengalaman di bidang media massa, telah mengantarkanku beberapa kali melakukan tugas jurnalisme tingkat regional dan internasional, serta memenangkan sejumlah    kompetisi. Aku pernah meliput KTT ASEAN atau ASEAN SUMMIT, juga pernah tugas jurnalisme di European Central Bank, Frankfurt Stock Exchange, ASEAN Secretariat, European Commission Office, Tulip Park di Belanda, Sachenhaussen (Ex Kamp Konsentrasi Tahanan Nazi di Jerman) dll.

Berbagai karya tulis dan artikelku sudah terbit dan tersebar di media massa nasional, regional dan di Eropa. Selain itu ada buku biografi tokoh Lampung K.H. Arief Mahya dan Alzier Dianis Thabarani, serta sejumah jurnal penelitian, jurnal pengabdian kepada masyarakat, prosiding nasional, prosiding internasional dll.

My hobbies are travelling, doing workout especially swim and low-aerobic, baking and cooking, as well as having fun with capturing some pictures JJJJ.



Saat ini aku sedang menempuh jenjang S-3 Ilmu Komunikasi di Univ. Sebelas Maret, Surakarta.


Aku juga aktif di blog, vlog dan sejumlah media sosial.

Sosial media saya antara lain: Facebook: Trufi Murdiani     

IG: murdiani06


  That‘s my brief biography. 



 



 

Tuesday, January 26, 2021

Pengikat Ikatan Cinta

 


Oleh: Trufi Murdiani*)

SEMBURAT cahaya keemasan yang terbias dari pantulan cerahnya sinar mentari pagi itu selintas berkelebat, menjalari sisi depan kaca mobil yang dibawa Aldebaran mengantar istrinya kerja. Pantulannya menerobos agak malu-malu di wajah pasangan suami-istri muda itu. Ya, hari itu panorama di jalanan memang secerah suasana hati Mas Al.

“Andin lupa apa ya, kalau hari ini empat bulan pernikahan kita,” batin Mas Al.

“Eh Mas, gimana nanti kalau pas udah ngajar, ada mahasiwa aku yang banyak tanya dan  kritis ya....,” sejurus kemudian Andin memecahkan keheningan di dalam mobil sedan Mercedes Bens yang dikendarai suaminya, Aldebaran, yang membawa mereka berdua pagi itu melaju santai menuju ke kampus tempat Andin mengajar.

Adebaran memang rutin setiap pagi sebelum ke kantornya selalu mengantarkan dahulu istri tercintanya bekerja selaku dosen di sebuah PTS. Hingga saat ini, ia tampaknya masih enggan memfasilitasi Andin, istrinya, dengan mobil pribadi. Kendati bagi pengusaha muda kelas kakap semacam Al, itu bukanlah hal sulit untuk direalisasikan. Mas Al sepertinya hanya ingin dia yang selalu menjaga dan mengantar istri cantiknya itu kemana-mana. 

Karuan saja, kalimat pemecah keheningan itu menghentakkan lamunan Aldebaran yang sedari tadi hening sambil berharap ucapan selamat meluncur dari bibir merah merona sang istri. Kalimat yang barusan dilontarkan wanita berkulit putih bersih nan glowing pemilik bola mata bulat indah itu berhasil mengagetkannya. Ia terperanjat bukan dengan kalimat pertanyaan Andin, tapi dengan isi komentar Andin yang sangat tak disangka-sangka Aldebaran.

“Yeeee, malah mikirin mahasiswa,” begitu gumam Mas Aldebaran, lagi-lagi dalam batinnya. Mas Al tersentak bukan hanya karena kalimat Andin barusan itu ternyata sangat di luar harapannya, namun terlebih karena Andin sama sekali tidak ingat kalau hari itu adalah hari pernikahan mereka yang keempat bulan.

Biasanya, Andin-lah yang justru excited mempersiapan dinner romantis untuk merayakan hari jadi pernikahan mereka bahkan sejak dua hari sebelumnya. Ditambah pula biasanya sejak pagi buta Andin mengucapkan selamat hari jadi kepada Mas Al tercintanya. Pria sedingin dan sekaku Mas Aldebaran, biasanya hanya menuruti saja plan istrinya yang selalu sukses memberi kehangatan suasana hati suaminya di momen-momen spesial mereka.

Tapi tidak kali ini.

Ada guratan kecewa di ujung kelopak mata Mas Al, pagi itu.

 

êêêêê

 

Potongan adegan yang menjadi trailer tayangan salah satu episode Sinetron Ikatan Cinta tersebut langsung dibanjiri komentar dan respon positif dari sebagian besar anggota sebuah grup sosial media yakni Grup WhatsApp Keluarga Ikatan Cinta.

Betapa tidak, para anggota grup ini mengalami histeria yang sama karena postingan whatsapp berisi trailer dengan adegan yang menarik —yang dalam bahasa anak muda saat ini disebut sebagai adengan uwu atau baper (bawa perasaan)— untuk  sebuah tayangan sinetron yang sedang viral di televisi saat itu. Biasanya, hal seromantis itu selalu dilakukan tokoh Andin namun di trailer kali ini justru oleh tokoh atau peran Aldebaran yang dikenal sangat dingin, kaku dan pria super-cuek.

Kesamaan interes pun muncul diantara sesama anggota grup WhatsApp Keluarga Ikatan Cinta ini. Sebuah alasan yang paling mendasar untuk terbentuknya sebuah grup yaitu memiliki interes yang sama di antara sesama anggotanya. Dimana anggota grup berasal dari latar belakang sosial, pendidikan, usia, pekerjaan, bahkan domisili tempat tinggalnya.

Namun dapat berkumpul dalam sebuah grup atau kelompok yang sama karena satu interes bersama yaitu menyukai Sinetron  Ikatan Cinta. Kesamaan minat, sebuah alasan yang sangat kuat atas terbentunya sebuah kelompok, yang dalam teori komunikasi ada di dalam Interaction Analysis and  Group Development.

Dimana, berdasarkan teori Bales, salah satunya mengenai  analisis interaksi, sebuah minat yang sama bisa menjadi landasan interaksi yang kuat dalam group development.

Teori Bales tentang interaksi grup tersebut adalah yang membahas tentang seseorang yang akan dapat mempengaruhi karakter, membentuk peran, dan kepribadian kelompok dari anggota kelompok tersebut dengan mengetahui jenis pesan atau bagaimana cara seseorang berinteraksi dengan anggota kelompoknya (Bales).

Kesamaan interes sebagai penggemar sinetron Ikatan Cinta itu memperkuat adanya ikatan di antara sesama anggota grup WhatsApp tersebut. Antara lain, interes untuk mendapatkan informasi awal cuplikan tayangan atau trailer (potongan adegan) sinetron yang akan tayang malam harinya, yang di share di grup WA sebelum jam tayang sinetron dimulai, yang mana biasanya trailer sudah di share siang hari.

Penonton sinetron Ikatan Cinta sangat senang bila trailer yang merepresentasikan isi cerita sinetron pada hari itu sudah bisa dinikmati. Itu seperti menjawab sedikit rasa penasaran pemirsa akan kelanjutan kisah romantika rumah tangga Aldebaran-Andin yang pada tayangan malam sebelumnya tergantung akibat jalan ceritanya bersambung ke episode berikutnya.   

Kesamaan interes itu, serta interes-interes lain terkait sinetron menjadi alasan mengapa para anggotanya yang semula hanya penikmat sinetron akhirnya tertarik menjadi anggota kelompok dengan masuk grup WA melalui fasilitas landing page yang tersedia di banyak sosial media, salah satunya Instagram. Sehingga dengan ada di grup WA bisa mendapatkan dan atau berbagi informasi tentang sinetron, jalan cerita, crew, aktor dan sisi lain yang terkait dengannya.  

Dengan menjadi anggota grup WA itu, para anggota pun berinteraksi intens secara leluasa terkait sinetron Ikatan Cinta. Dalam grup WA ini, merujuk Teori Bales tentang interaksi grup, dapat dianalisis bahwa interaksi kelompoknya terbangun berdasarkan seseorang yang akan dapat mempengaruhi karakter, membentuk peran, dan kepribadian kelompok dari anggota kelompok tersebut dengan mengetahui jenis pesan atau bagaimana cara seseorang berinteraksi dengan anggota kelompok.  Dimana dalam grup WA ini, orang yang mempengaruhi karakter, peran dan kepribadian kelompok dari setiap anggotanya yaitu seperti admin WA, juga para aktor sinetron yang menjadi idola semua anggota kelompok/WA dan bahkan para aktor itu pula yang memotivasi anggota WA untuk masuk ke grup itu.

Aktor utama sinetron, yaitu Arya Saloka sebagai Aldebaran dan Amanda Manopo sebagai Andin, menjadi pusat perhatian penggemarnya. Semua seluk-beluk dan gerak-gerik Arya Saloka juga Amanda Manopo selalu diikuti penggemarnya. Khususnya yang menjadi anggota grup WA. Itu karena kecintaan penggemar/anggota grup kepada idolanya yang telah berakting natural dan menampilkan suguhan menarik serta drama yang berbeda dari sinetron atau tayangan TV lainnya selama ini. Tingginya tingkat kekaguman pada pemeran sinetron ini juga menjadi satu interes lain yang sama-sama dimiliki anggota Grup WA.

Dalam bidang psikologi, juga ada Teori Perkembangan Kelompok. Seperti, yang dikemukakan oleh Bennis dan Shepherd pada tahun 1956. Teori ini merupakan pengembangan atau setidaknya dipengaruhi dari apa yang diungkapkan oleh orang-orang sebelumnya, seperti S. Freud, Kurt Lewin (1946), Sullivan (1953), Schutz (1955) dan Carl Rogers.

Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah adanya adaptasi dan pencapaian tujuan.

Dalam kaitannya dengan grup WA Keluarga Ikatan Cinta, setelah grup terbentuk dengan fasilitas teknologi yaitu berupa landing page dari media sosial, pngembangan kelompoknya terjadi sebagaimana model umum pengembangan kelompok yang dikemukakan Tuckman & Jensen (1977). Yaitu terdiri dari 5 tahap:

(1)   Pembentukan (forming) adalah awal individu untuk menyesuaikan diri dengan yang lainnya. Tahap ini dicirikan oleh banyak sekali ketidakpastian mengenai maksud, struktur, kepemimpinan kelompok. Para anggota menguji coba untuk menentukan tipe perilaku apa yang dapat diterima baik. Tahap ini akan selesai ketika para anggota mulai berpikir tentang diri mereka sendiri bahwa mereka juga termasuk dari kelompok.

(2)   Keributan (stroming) adalah dalam perkembangan kelompok yang dicirikan  oleh konflik di dalam kelompok, artinya para anggota menerima baik eksistensi kelompok, tetapi melawan adanya kendala-kendala yang dikenakan oleh kelompok terhadap individualitas.

(3)  Penormaan (norming) adalah mengarah pada kesepakatan tentang norma-norma dan peran yang dicirikan oleh hubungan akrab  dan kekohesifan (kesalingtertarikan).

(4)   Pelaksanaan (performing) adalah kelompok yang diatur dengan baik secara internal dan dapat melakukan dengan lancar serta efisien dimana kelompok tersebut sepenuhnya berfungsi dan diterima dengan baik.

(5) Penundaan (adjouring) adalah tahap terakhir yang melibatkan isu kebebasan dalam kelompok dan mungkin pembubaran kelompok.

Dari Grup WA Keluarga Ikatan Cinta ini dapat dianalisis bahwa:

1.      Pembentukan Grup

Pembentukannya, sangat mudah, apalagi menggunakan fasilitas teknologi. Diawali adanya sebuah akun instagram Keluarga Ikatan Cinta, yang intens mem-posting informasi tentang sinetron Ikatan Cinta, jalan cerita/sinopsisnya, para aktor dan crew-nya. Ada banyak followers akun Instagram ini, sebagaimana juga penggemar atau penonton sinetron Ikatan Cinta terutama pemirsa perempuan yang memang merupakan netizen khsusunya pengguna instragram. Para followers ini dapat dengan mudah menjadi anggota grup WA Keluarga Ikatan Cinta, yakni hanya dengan meng-klik sebuah link yang langsung akan membawa ke grup WA tersebut (teknologi Landing Page).  Dimana baik akun instagram maupun grup WA ini, pertama kali di-create oleh admin yang sama, dengan tujuan mengumpulkan orang-orang menyukai sinetron Ikatan Cinta. Orang-orang ini awalnya tidak saling kenal satu sama lain, punya latar belakang pendidikan, ekonomui, usia yang berbeda bahkan domisilinya. Namun semua ternyata bisa dengan mudah menjadi anggota kelompok karena kesamaan interes.

2.      Stroming

Setelah grup dibentuk oleh admin, lalu para anggotanya join pun menjadi anggota grup WA proses interaksi, komunikasi dan sharing informasi mulai terjadi. Konflik yang kecil, menengah maupun besar pun mulai ada. Biasanya, khusus di grup WA ini, konflik itu terjadi karena kesenjangan kecil. Contohnya, ada anggota yang keluar dari rules. Misalnya membagikan spam, atau informasi yang di luar konteks yakni hanya khusus tentang sinetron Ikatan Cinta. Sepertinya adanya anggota yang berjualan online di grup WA. Atau pun juga ada yang sharing terkait sinetron tetapi itu hal yang dilarang dalam rules grup. Misalnya membagikan bocoran sinopsis episode yang akan datang (cheating). Adanya gap-gap ini sejauh ini masih bisa di handle dengan ditegur baik-baik oleh admin maupun sesama anggota lainnya. Proses saling mengingatkan pun terjadi. Dan ini menjadi salah satu proses komunikasi yang bagus dalam interaksi di kelompok ini.     

3.      Norming

Jika telah terjalin proses saling mengingatkan serta komunikasi dua arah yang bagus, maka sejalan pula di grup ini dilakukan kesepakatan-kesepakatan bersama.

4.      Performing

Maka selanjutnya performing kelompok pun berjalan dengan baik.

Namun sesekali juga ada anggota kelompok yang left group, ada pula lainnya yang dikeluarkan admin karena melakukan pelanggaran rules yang berulang-ulang tanpa bisa menerima teguran. Misalnya terus membombardir grup dengan spam. Maka tahap ini pun bisa dikatakan termasuk kategori “pembubaran” ringan. Kendati memang bukan pembubaran grup secara “official” oleh admin, yang bila hal itu terjadi maka grup WA ditutup secara permanen.

 

Maka, dari sebuah konten berupa sinetron Ikatan Cinta ini kita pun mengetahui, ada banyak penggemar di luar sana yang terikat batinnya, interesnya, bahkan harapannya dengan orang yang sebelumnya sama sekali tidak kenal, tidak tahu latar belakangnya, kota asalnya, namun semua bermuara pada satu kelompok. Kelompok yang anggotanya saling berinteraksi, kelompok yang mengoneksikan orang-orang asing, just like an interaction analysis and group development theory.

 

*) Penulis adalah pengajar, jurnalis, peminat masalah sosial, komunikasi & multimedia, mahasiswa pascasarjana (S3) Universitas Sebelas Maret.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Thursday, June 15, 2017

Ibu Tunggal dan Stigma Masyarakat



Apa yang saya pelajari tentang status saya sebagai perempuan single parent adalah bahwa sebagian besar orang lebih tertarik pada cerita di balik status saya daripada keinginan untuk mengetahui bagaimana keadaan saya sekarang ini bersama anak saya. Orang lebih suka membahas status (marital) itu --secara langsung atau di belakang--- tanpa sungkan atau malu-malu kucing bertanya, memint saya mengulang kembali cerita tentang sebab-musababnya. Sudah beberapa tahun berlalu dan mereka masih saja fokus pada topik yang sama. Padahal, banyak detil yang saya sudah lupa.

Percakapan pembuka yang umum dalam budaya kita adalah pertanyaan tentang status dan anggota keluarga. Status pekerjaan, status pernikahan, status pertemanan dengan si A atau si B. Pokoknya sesuatu yang menunjukkan posisi kita di dalam masyarakat. Dari situ penanya akan memetakan status sosial dan ekonomi kita dan gambaran keseharian kehidupan kita.

Kira-kira, begini salah satu ilustrasinya…

Penanya (katakanlah, ibu-ibu paruh baya, yang baru kenal di suatu acara atau di angkot), menyap saya dengan pertanyaan,

“ Kerja dimana Mbak?”

“ Saya mengajar di X, Bu.”

“ Anak berapa, Mbak?”

“ Satu, Bu. Laki-laki,”

“ Wah beruntungnya.”

Nah, sampai di pertanyaan ini saya berharap perkenalan basa-basi dicukupkan. Tapi biasanya, harapan itu meleset.

“ Suami kerja dimana, Mbak? PNS juga?”

“ Saya sendiri, Bu. Kebetulan sudah berpisah dengan suami.”

(Si Ibu menunjukkan mimik terkejut, dengan alis bertaut, mata melebar…)

“ Lho, kenapa?”

(Tentu saja sambil harap-harap cemas akan meluncur satu cerita bak sinetron yang akan menghibur sisa harinya.)

Saya tersenyum, tidak menjawab, dengan harapan si ibu tahu itu bukan urusannya dan berhenti bertanya. 
Tapi…sekali lagi…biasanya dugaan saya meleset.

“ Aduh, Mbak, padahal Mbak cantik masih muda lagi …” (pancingan pertama)

Saya masih mempertahankan senyum

“ Sudah lama ya? Mbak belum menikah lagi?”

Saya masih berjuang mempertahankan senyum, biasanya hanya menggeleng

“Tidak, Bu.”

Si Ibu, tak kalah teguh berjuang mengorek cerita

“ Anaknya bagaimana, tinggal dengan siapa?”

Saya mulai jengah dan dongkol

“ Dengan saya, Bu. Kejadiannya sudah lama, kok. Saya sudah lupa” (senyum sudah mulai masam)

Si ibu memandang dengan wajah super prihatin, entah tulus entah dibuat-buat, lalu keluarlah ucapan…

“Duh, kasihan…padahal masih muda, lho…”

Jreeenggg…dan saya berharap angkot belok ke neraka…

Stigma pertama yang biasanya dilekatkan masyarakat pada para ibu tunggal adalah kami patut dikasihani. Saya mulai menjalani kehidupan sebagai orang tua tunggal di usia yang relatif muda, dan mendapat curahan ungkapan ‘dikasihani’ dalam berbagai bentuk, baik ucapan maupun tatapan mata menghiba. Sungguh tidak mudah. Tidak mudah karena itu mengkerdilkan spirit dan menyuburkan perasaan tidak berdaya.

Jelas saya perlu bantuan. Kami, para ibu tunggal membutuhkan support system yang kuat untuk menjalani kehidupan hari demi hari. Tapi kami juga memiliki dan tengah membangun kekuatan kami. Kami juga tengah membangun kepercayaan diri yang sempat runtuh akibat perpisahan. Terlalu sering dikasihani hanya melemahkan upaya yang sedang kami lsayakan. Tak jarang saya mendapati seorang perempuan yang baru saja menyandang status sebagai single parent memilih menarik diri dan menolak banyak bercerita tentang statusnya. Karena memang sungguh tidak nyaman menerima tanggapan yang dipenuhi rasa kasihan.

Stigma kedua yang lekat pada kami adalah…. kami selalu dan terus-menerus dicap kesepian sepanjang waktu. Oleh karenanya, kami perlu secepatnya menemukan pendamping hidup lagi. Kami harus cepat-cepat menikah lagi. Pernahkah terbayang bahwa seringnya itu adalah hal terakhir yang ada di benak single moms seperti kami? Kami sudah terlampau sibuk menata ulang hidup kami, mencari peluang untuk menstabilkan kondisi finansial, merancang karir, melamar pekerjaan, membuka usaha. Pikiran dan energi kami sudah tersita untuk mendampingi anak menghadapi dan melewati masa transisi pasca-perpisahan kedua orang tuanya. Belum lagi harus jungkir balik agar operasional kehidupan sehari-hari bisa berjalan dengan mulus. 

Memang, di akhir hari, saya akui kadang saya ingin ada kawan bertukar cerita tentang hari yang saya lalui. Saya menerima itu sebagai bagian dari kehidupan yang saya pilih untuk dijalani. Syukurlah selalu ada saja kawan dan sahabat yang bersedia untuk menjadi tempat curhat.

Namun, stigma --ibu tunggal selalu kesepian-- membawa konsekuensi yang tidak mengenakkan. Laki-laki menganggap karena rasa kesepian yang mendera maka kami akan ‘jual murah’. Perlu dihibur, ditemani, kalau perlu dijadikan pacar gelap. Perempuan (baca: para istri) menganggap kami identik dengan wanita penggoda, yang siap menggoda laki-laki, para suami, karena kesepian kami. Jadi, kami ini perlu diwaspadai. Masalahnya, stigma ini makin diperkuat dengan banyaknya cerita film atau sinetron yang melukiskan para janda sebagai perempuan muda cantik seksi yang kesepian, rapuh dan patut dikasihani…

Stigma ketiga adalah anak-anak dari keluarga dengan orang tua tunggal lekat dengan predikat anak yang kurang kasih sayang, sehingga besar kemungkinan akan tumbuh jadi anak bandel, sekolahnya asal-asalan, ada gangguan kepribadian, bahkan kriminil.

Masalahnya adalah, tak banyak yang bisa dilakukan untuk menepis stigma-stigma yang melekat pada kami. Membantahnya dengan melawan secara verbal, atau memberi penjelasan berulang-ulang kadang hanya akan membuat lelah dan semakin jengkel. Setelah beberapa tahun, saya masih melakukan uji coba berbagai cara untuk mengatasi stigma yang melekat pada saya sebagai single mom.

Jelas, perlawanan utama adalah dengan membuktikan yang sebaliknya. Khusus stigma broken home, selain berdialog dengan anak, saya juga telah mengajari anak beberapa hal.

Lalu untuk mengatasi kecenderungan dikasihani, saya memperlakukan hal yang sama dengan yang saya ajarkan kepada anak. Hanya bersikap terbuka dan menceritakan yang sesungguhnya pada orang penting dalam kehidupan kami. Awalnya saya bersikukuh mengatakan saya single parent kepada siapa pun, karena idealisme tidak ingin menafikan kenyataan. Tapi justru untuk alasan praktis, itu ternyata sama sekali tidak praktis. Jadi supaya percakapan yang tidak perlu tidak memanjang apalagi dengan orang yang tidak dikenal, saya akan menjawab suamiku X bekerja di Y. Titik.

Sedangkan untuk mengatasi stigma single mom kesepian sehingga ‘jual murah’, ‘perempuan penggoda’, etc, saya berusaha untuk tidak memberikan kesempatan apa pun kepada yang sudah menikah atau punya kekasih, dan hanya --misalnya-- pergi makan siang dengan yang lajang saja di saat jam kantor, serta memastikan bahwa tidak ada anggapan lain selain pertemanan, serta hanya urusan kerjaan. Titik.

Sepanjang pengalaman saya, para lelaki lajang yang kadang usianya lebih muda justru tidak ‘berbahaya’. Niat mereka biasanya murni pertemanan. Justru yang kerap harus diwaspadai adalah lelaki setengah baya ke atas, eventhough dia sudah S-2, S-3, sebagai pendidik juga, semua itu gak ngaruh.

Biasanya ini early warning banget untuk diwaspadai. Because all the stories were usually lies! Bagaimana saya tahu? Because I’ve been there..

Oleh karenanya, wahai para single moms, kita tidak bisa memaksa orang untuk memahami keadaan kita yang sebenarnya. Tapi kita punya hak untuk tidak hidup dalam stigma yang terlanjur dilekatkan oleh masyarakat kepada kita.

Keep fighting
Stay calm and be a happy mom!

Wednesday, February 8, 2017

An Immortal Message To My Maximus



Max...

You are effortlessly limitlessly unbeatable, and that's absolute.

Nothing can ever put up a guard to your infinite light... cos no one will ever want to taste the suffering of seeing your blossoming heart covered.

You have the key to open that door, and only you, professor dear, who could do it certainly.
And I know you're beyond what I myself can even comprehend...

You're infinite love and brightness. You will conquer the next century. With your soul and you, yourself only.

I am your mother, but I am nothing without your existence in my life.

Mamma Dian 

😇