Monday, July 13, 2015

Berpetualang Seru Ala Backpacker di Manila (Part 3/End)

When Ancient and Modern Collide

PADA bagian terakhir dari tulisan features ini, penulis akan bercerita tentang sisi-sisi lain yang berhubungan dengan kuliner, bahasa, pendidikan dan komunitas muslim di Filipina khususnya Kota Manila. Sisi kuno dan masih di “bawah garis” tampak jelas di kawasan penduduk muslim Manila sementara wilayah modern, pusat perbelanjaan dan kampus swasta yang mewah menjadi ikonik lain dari wajah Manila. Begitulah kota ini, perpaduan antara yang kuno dan modern menjadikannya kota yang unik. Tata Kota dan Pemukiman Muslim

Tidak seperti kota-kota besar lain, penamaan kota/distrik di Manila agak unik. Metro Manila sendiri sebenarnya terdiri dari beberapa distrik. Pemerintah daerah dan warga Manila menyebut distrik sebagai city. Ada Manila City, Makati City, Pasig City, Quezon City, Caloocan, Las Pinas, Malabon, Mandaluyong, Marikina, Muntinlupa, Navotas, Paranaque, Pateros, San Juan, Taguig dan Valenzuela City. Kendati dibilang city, sebenarnya luasnya hanya setara dengan kecamatan di Jakarta, bahkan ada yang lebih kecil lagi. Dari sekian banyak district itu, Makati City merupakan Central Business District dengan tata kota paling rapi.

Di Makati inilah berdiri perkantoran dengan gedung-gedung menjulang tinggi, hotel berbintang, shopping malls, dan tentu saja banyak apartment. Makati ini memang distrik yang dikembangkan khusus oleh pengembang di sana, jadi sangat berbeda penampilannya dibandingkan dengan distrik-distrik lain. Seperti telah dipaparkan pada edisi lalu tentang Intramuros, ini juga salah satu distrik di Manila. Intramuros yang merupakan cikal-bakal kota Manila bahkan dulunya adalah Manila itu sendiri merupakan suatu daerah yang dibuka dan dikembangkan oleh Raja Sulaiman. Raja ini adalah seorang muslim. Dan, sisa-sisa peninggalan masa kejayaan wilayah muslim di sekitar Intramuros masih tampak jelas hingga sekarang.

Pemukiman muslim tetap berdiri dan bertahan di dekat Intramuros. Sayangnya pemukiman muslim dengan penduduk Islam yang asli warga Filipina di Manila ini tampak kumuh dan kurang tertata baik. Kondisi warganya juga tampak kurang terpelajar. Ini terbukti dari bahasa sehari-hari mereka yang hanya menguasai bahasa Tagalog (bahasa resmi pendidikan di Filipina adalah Bahasa Inggris) dan pekerjaan yang umumnya dilakukan warga muslim di sekitar Intramuros.

Warga muslim Intramuros hanya bisa menjadi pekerja kasar atau paling tinggi berdagang itupun kalau punya modal. Karena umumnya mereka tidak sekolah atau hanya tamatan SD. Warung-warung kelontong atau kedai makanan halal milik warga muslim juga banyak yang menjajakan makanan khas dari Indonesia. Bahkan Indomie mudah dijumpai kendati harganya sudah selangit. Di kawasan muslim Intramuros ada sebuah masjid besar yang lokasinya masuk di pemukiman warga. Di masjid inilah anak-anak warga muslim belajar mengaji sekaligus dasar-dasar calistung. Jadi, karena keterbatasan biaya orangtuanya dalam menyekolahkan anak, mereka sudah terbantu dengan telah belajar membaca di masjid.

 Kuliner dan Suvenir

Banyak jenis-jenis makanan Filipina yang mirip makanan nusantara.


Halo-halo

Halo-halo adalah es campur khas Filipina. Dalam bahasa Tagalog, halo berarti campur. Mirip es shanghai kalau di Indonesia, halo-halo juga berisi banyak campuran dengan topping scoop ice cream. Isinya agar-agar warna-warni cerah yang dipotong dadu, kolang-kaling, pacar cina, umbi, kacang merah, pisang dan nangka. Ciri khasnya ada di topping-nya, yaitu ube ice cream. Ube dalam bahasa Tagalog berarti ubi (biasanya ubi ungu). Umumnya halo-halo disajikan dalam sebuah mangkuk atau wadah khas dessert yang transparan. Harga per porsinya, jika beli di restoran atau café mewah sekitar 50 peso, tapi di kantin kampus tempat penulis kuliah yakni Ateneo De Manila University cuma 25 peso, sangat reasonable untuk kantong mahasiswa.

Puto

Puto termasuk snack tradisional khas Filipina yang memasyarakat. Makanan ini juga sangat famous di Indonesia. Kalau di sini dikenal dengan nama kue apem, namun di Filipina puto dikonsumsi tidak dengan parutan kelapa muda. Panganan tradisional dari tepung beras yang berwarna-warni ini dimakan begitu saja sebagai cemilan. Mendapatkannya mudah karena banyak dijual di kedai-kedai oleh-oleh di jalanan terutama di Provinsi Pangasinan yang berada di sebelah Utara Pulau Luzon.

Balut dan Tokneneng

Dalam beberapa dialek di Filipina, ada yang menyebutnya Balot. Dari akar kata yang sama dengan bahasa Melayu, balut, yakni membalut atau pembalut (wrapped). Karena makanan ini memang dibalut adonan tepung. Makanan ini terkenal karena keekstremannya, yakni berasal dari telur bebek dengan embrio setengah jadi.
Saya termasuk lama tinggal di Filipina, tetapi sampai saya lulus tetap tidak pernah menemukan balut yang benar-benar terbuat dari telur dengan embrio bebek di dalamnya. Namun karena saya seorang muslim, maka balut tidak benar-benar masuk dalam daftar the must eat foods saya. Selama saya kuliah di Manila, hanya tokneneng yang banyak dijajakan oleh pedagang di pinggiran jalan. Termasuk di sekitar tempat saya tinggal di Regina Residence, di Xavierville Avenue.

Tokneneng adalah makanan gurih dari telur ayam yang direbus lalu dibalut dengan adonan tepung berwarna oranye dan digoreng. Mengonsumsinya dengan cocolan kuah asam manis yang diberi topping irisan ketimun. Mirip dengan cuko pempek. Karena rasanya yang lezat dan harganya yang terjangkau, jadilah saya sering membelinya sebagai pembalut mulut sekaligus pengganjal perut.

Binondo

Binondo sebenarnya adalah nama daerah atau area di dalam kawasan Chinatown. Karena di sini ada salah satu restoran yang menyediakan makanan khas pecinan dengan nama yang sama yakni Binondo maka orang-orang menyebut makanan ini juga dengan istilah Binondo.

Yakni makanan khas daerah pecinan di Manila yang berisi mie dan kuah seperti sup. Rasanya sangat lezat dan khas, mirip dengan sup tom yam dari Thailand. Disajikan saat hangat dengan berbagai jenis sambal plus cabe merah kering bubuk. Cocok untuk appetizer saat cuaca dingin.

Barong Tagalog
Barong Tagalog adalah kain tekstil khas Filipina. Biasanya dijual sudah dalam bentuk busana siap pakai. Baik untuk pakaian pria, wanita maupun untuk anak-anak. Busana dari bahan ini menjadi busana resmi nasional seperti kebaya dan batik kalau di Indonesia. Biasanya digunakan pada acara-acara resmi, seminar, menghadiri resepsi pernikahan kerabat dan lainnya.

Bahannya sangat tipis, transparan dan keras/kaku, mirip dengan bahan kain shantung namun lebih tipis. Warna yang paling umum untuk pakaian nasional kaum pria adalah putih atau krem. Dengan model yang umum kemeja lengan panjang dan kerah shanghai mirip baju koko. Sedangkan model untuk busana wanita lebih beragam, modern dan sudah banyak dimodifikasi. Pakaian dari bahan ini menjadi salah satu souvenir utama yang dibeli penunjung mancanegara.
Selain itu, ada berbagai suvenir khas lainnya dengan harga yang juga variatif. Misalnya gantungan kunci, magnet kulkas, hiasan dinding, T-shirt dan lainnya. Pendidikan dan Bahasa Secara umum, sistem pendidikan di Filipina mirip dengan di Indonesia. Dimulai dari tingkat TK, SD hingga high school dan perguruan tinggi. Namun berbeda dengan di sini, bahasa pengantar pendidikan di Filipina adalah Bahasa Inggris. Ateneo De Manila University (ADMU) Universitas swasta ini sudah berdiri sejak zaman kolonial Spanyol dan dikelola Perkumpulan Gereja Katolik Spanyol pada saat itu.
Hingga kini ADMU telah berusia 152 tahun dan dies natalisnya dirayakan setiap bulan Desember. Ciri khas kampus ini, setiap pagi pukul 8.30 waktu setempat (waktu Manila lebih dahulu satu jam dari WIB atau sama dengan WITA, Red) diputarkan Philippines Anthem dan semua orang terutama mahasiswa termasuk mahasiswa asing harus berdiri tegak dalam posisi siap.

Warga negara setempat bahkan meletakkan telapak tangan kanannya di dada kiri sepanjang lagu kebangsaan mereka itu diperdengarkan. Dari segi palayanan, di kampus ini ada vending machine untuk minuman dan snack. University of Philippines (UP) Jika ADMU sejajar dengan Universitas Trisaksi-nya Filipina maka UP adalah UI-nya. Ya, UP adalah univesitas negeri tertua, terbesar dan, of course, terfavorit di Filipina. Letak kampusnya tak jauh dari ADMU. Hanya satu kali naik angkot bisa sampai di kampus ini. Bahasa Tagalog Tagalog merupakan bahasa daerah yang paling banyak dipakai warga di Filipina.

Tapi bahasa Inggris juga cukup luas digunakan terutama di perkotaan. Beberapa kata ternyata sama dengan Bahasa Indonesia/Melayu, ada yang sama persis sesuai artinya atau memiliki arti berbeda.

 Beberapa kata sederhana dalam bahasa Tagalog yang mirip bahasa Indonesia yakni:
- Anak = anak
- Mahal = mahal
- Payong = payung
- Sapato = sepatu
- Kanan = kanan
- Sayang = sayang

Sementara kalimat-kalimat sederhana yang umum dipakai sehari-hari, seperti:
• Magandang umaga po (Selamat pagi)
• Magandang tanghali po (Selamat siang)
• Magandang papon po (Selamat sore)
• Magandang gabi po (Selamat malam)
• Kumusta po kayo (Apa kabar)
• Mabuti po naman (Saya baik-baik saja)
• Tuloy po kayo (Silakan datang lagi)
• Salamat (Terima kasih)
• Mahal kita (Aku cinta kamu)
• Maraming salamat (Terima kasih banyak)
• Opo/oho (Ya)
• Hindi (Tidak)
• Hindi ko po/ho alam (Saya tidak tahu). (tamat)

Berpetualang Seru Ala Backpacker di Manila (Part 2)

It’s Fascinating To Enjoy Manila City Sightseeing PADA bagian I, penulis telah bercerita tentang alat-alat transportasi yang dapat menemani berwisata di Metro Manila. Sementara tempat-tempat wisata yang masuk daftar the must visit places saat berada di Manila sangat variatif. Mulai dari bentuk bangunannya hingga jenis peruntukkannya. Bangunan atau ikon-ikon wisata di Manila tersedia baik yang kuno maupun modern. Tempat wisata belanja maupun kulinernya juga beragam. Pada bagian ini penulis akan mengisahkan lokasi-lokasi yang layak dikunjungi pelancong saat melakukan city sightseeing maupun window shopping di Metro Manila. Intramuros Intramuros adalah distrik (kelurahan) tertua dan inti sejarah Manila, ibukota Filipina. Dikenal sebagai walled city karena kota mini ini dikelilingi tembok. Intramuros adalah pusat pemerintahan Spanyol selama periode kolonial Spanyol. Bagian dalam tembok Manila disebut intramuros, yang dalam bahasa Latin berarti di dalam dinding. Sedangkan distrik di luar dinding dirujuk sebagai extramuros dari Manila, yang berarti di luar tembok. Pembangunan tembok atau dinding pertahanan ini dimulai oleh Spanyol pada abad ke-16 akhir untuk melindungi kota dari invasi asing. Kota berdinding setinggi 6 meter dan panjang 3 kilometer ini pada awalnya terletak di sepanjang tepi Teluk Manila, di Selatan Sungai Pasig. Pada abad ke-20 sebagian sungai direklamasi dengan menambahkan dinding di sekitar teluk yang sekaligus untuk melindungi kota. Di bagian terluar kota dan dekat teluk dibangun Fort Santiago dan benteng pertahanan Spanyol di muara sungainya. Fort Santiago Bagi pelancong yang datang ke Manila, Fort Santiago yang berada di dalam kawasan Intramuros merupakan ikon utama yang wajib dikunjungi dan menjadi latar belakang berfoto selfie. Terutama pintu gerbangnya. Bagian belakang Fort adalah pantai. Sebelum masa kolonial Spanyol, tempat ini adalah istana Rajah Soliman atau King Suleyman. Ia penemu sekaligus raja pertama di Manila dan seorang muslim, keturunan Melayu asal Filipina Selatan (daerah Moro sekarang). Ikon lainnya adalah katedral dan eks gedung kantor gubernur jenderal semasa zaman pemerintahan Spanyol yang juga ada di dalam Intramuros. Berkeliling atau menikmati kegiatan Intramuros city sightseeing lebih leluasa dilakukan dengan menyewa delman. Kendati bisa juga dengan taxi namun kurang mendapatkan gereget dan semangat tempo doeloe-nya. Sedangkan pilihan lainnya dengan tricycle yakni sejenik becak hanya saja dikedarai sepeda motor. Tapi penulis yang berwisata di Intramuros berdua teman kuliah asal Kualalumpur memilih menikmati kota kuno ini dengan delman. Selain bisa ditunggu oleh kusirnya saat berfoto-foto selfie di ikon-ikon yang ada, juga bisa request untuk mengendarai kudanya sambil tetap di-tandem sang kusir. Suatu pengalaman yang langka namun tak terlupakan di Manila. Ikon pertama yang penulis kunjungi adalah katedral. Setelah berfoto dan mengambil video sampai puas, dilanjutkan ke ikon-ikon lainnya. Untungnya si kusir bisa sekaligus menjadi tour guide dengan kemampuan Bahasa Inggris yang minim plus diselingi bahasa “Flinstone” di sana-sini. Kami berdua sesekali memintanya berbahasa Tagalog saja, demi melihatnya kesulitan berkomunikasi. Sisi lain dari Intramuros yang tidak berdekatan dengan teluk adalah eks benteng pertahanan Spanyol. Di bagian ini dulunya ada banyak penjara, yang kini difungsikan sebagai kafe, toko buku maupun memorial. Lalu, Fort Santiago itu sendiri yang mana di dalamnya ada museum Jose Rizal, pahlawan nasional Filipina. Rizal adalah seorang dokter yang memiliki nasionalisme tinggi. Dia dihukum tembak oleh Penjajah Spanyol akibat pemikiran kritisnya yang pedas. Tempat ia dihukum tembak kini juga dijadikan memorial park, lengkap dengan patung-patung Rizal, para eksekutor dan tentara penjaganya. Sedangkan langkah-langkah kaki terakhir Rizal mulai dari penjara terakhir dia ditahan hingga ke tempat eksekusi diabadikan sebagai walk of fame. Di dalam kamar di penjara tempat Rizal ditahan banyak tulisan yang konon memang ditulis tangan oleh Rizal dan kini setelah eks penjara itu menjadi museum ditulis ulang dengan metode pencahayaan semi-laser pada setiap hurufnya. Tulisan itu umumnya dalam bahasa Inggris dan Latin (Spanyol). Hampir tidak ada yang berbahasa Tagalog. Malacanang Palace Jika ingin menapaktilasi sejarah Filipina, Istana Malacanang-lah tempatnya. Salah satu bangunan paling bersejarah di Filipina ini berada di tepi Sungai Pasig dan beralamat di 1000 Jose P. Laurel Street, distrik San Miguel, Manila. Istana yang menjadi kediaman resmi, namun bukan kediaman langsung dan tempat kerja utama Presiden Filipina ini dibangun sekitar tahun 1800 dan awalnya diperuntukkan bagi Gubernur Spanyol yang berdinas di Manila. Berfoto selfie dengan latar belakang istana ini juga menjadi agenda wajib para backpacker mancanegara. Tapi, persiapkan dahulu kekuatan fisik karena untuk bisa mencapainya semua orang harus berjalan kaki sekitar 1 km dari tempat terakhir angkot atau taxi boleh berhenti. Lady Imelda Marcos Shoes Museum For better or for worse, people will always be wondered by the footwear of The Philippines' controversial former First Lady, Imelda Marcos, right? Maka berkunjunglah ke Museo ang Sapatos. Lokasinya di daerah Marikina dan hanya buka saat hari kerja sedangkan di hari weekend museum ini tutup. Untuk bisa menuju museum ini setelah naik angkot maka dilanjutkan dengan tricycle. Tapi kami berdua saat itu memilih taksi karena alasan lebih nyaman dan adem. Imelda Marcos pernah mengoleksi sekitar 3.000 pasang sepatu, tetapi dalam museum ini hanya ada 800 pasang sepatu koleksi pribadinya. Menurut museum guide-nya, sepatu koleksi lainnya menjadi milik pribadi sang ibu negara hingga akhir hayatnya. Koleksi yang ada di museum mulai dari jenis pantovel, stiletto, selop berhak, boots, sampai sepatu-sepatu hadiah dari negara-negara sahabat termasuk dari Ibu Tien Soeharto. Ny. Imelda Remedios Trinidad Romualdez Marcos adalah janda mantan Presiden Filipina, Ferdinand E. Marcos. Dia menjadi ibu negara pada periode 30 Desember 1965 hingga 25 Februari 1986. Ny. Marcos lahir 2 Juli 1929 di San Juan, Manila. Orangtuanya adalah Vicente Orestes Lopez Romualdez (berdarah Spanyol) dari istri keduanya, seorang Filipina asli. Keluarga Marcos memiliki empat anak yaitu Maria Imelda Marcos, Ferdinand Marcos Jr., Irene Marcos dan Aimee Marcos yang diadopsi pada 1966. China Town Disebut juga Binondo. Berada di Ongpin Street, semua warga harus berjalan kaki di dalam lokasi pecinan ini. Toko-toko dan pemukimannya dipertahankan pada kondisi asli. Yakni pemukiman dan perniagaan warga Tiongkok yang sudah eksis sejak zaman sebelum Spanyol masuk. Di sepanjang jalan banyak penjual barang-barang khas Tiongkok dan kebutuhan warga Tiongkok. Juga ada penjaja makanan khas seperti bapao. Toko obat tradisional China dan supermarket khas warga Chinese juga banyak tersedia. Di dalam pecinan ini ada Bohay Tsinoy. Dalam akses Tagalog yang dibaca Bohay Cinoy, Cinoy atau Cino ya berarti China. Bohay Tsinoy adalah museum yang mendisplay seputar sejarah kedatangan bangsa China ke Filipina, penggambaran perjuangan mereka di rantau kala penjajahan Spanyol hingga saat mereka berhasil memperjuangkan perekonomian di negeri ini. Dari Bohay Tsinoy diketahui, orang Cina-lah yang memiliki mesin cetak koran pertama di Filipina pada era sebelum Spanyol. Bagi orang Cina, mesin cetak koran sangat penting karena kunci menguasai dunia adalah informasi. Selain itu, membaca adalah pengetahuan dasar serta wajib yang diberikan kepada anak-anak mereka. American Cemetary & Memorial Park Selain dijajah Spanyol, Filipina juga pernah dijajah Amerika. Dan Manila American Cemetery and Memorial Park yang berada di Fort Bonifacio, Metro Manila seluas 62 hektare ini adalah kompleks makam tentara-tentara AS dan sekutu-sekutunya saat Perang Dunia II. Dengan total 17.206 kuburan, pemakaman ini memiliki jumlah kuburan terbanyak dari semua pemakaman tentara AS lain akibat Perang Dunia II, misalnya yang ada di New Guinea. American Cemetery and Memorial Park dikelola oleh American Battle Monuments Commission. Dengan nisan yang terbuat dari marmer dan posisi pemakaman selaras dalam sebuah plot yang membentuk pola melingkar di antara berbagai pohon-pohon tropis dan semak-semak, Memorial ini tetap menjadi objek wisata yang menarik. Kendati pada dasarnya adalah sebuah pemakaman. Dengan pintu masuk dari arah Timur yakni di antara persimpangan Rizal Drive dan Eighth Avenue, pemakaman ini buka setiap hari untuk umum dan gratis. Buka pukul 9.00 - 17.00 waktu setempat kecuali setiap tanggal 25 Desember dan 1 Januari. Ayala Museum Jika Museum Sepatu Imelda Marcos memajang koleksi yang termasuk kategori lawas maka Ayala Museum memajang koleksi yang serba modern, futuristik, unik dan educated. Museum Ayala di daerah Makati, sebuah kawasan perkantoran dan pusat perbelanjaan modern di Manila. Museum ini buka baik saat weekdays maupun weekends dengan tiket masuk masing-masing yang berbeda. Didirikan dan dikelola swasta yakni keluarga Zobel de Ayala dengan koleksi utamanya karya- karya seniman terkemuka dari anggota keluarga ini, Fernando Zobel. Metro Manila City Sightseeing & Window Shopping Ada banyak tempat nongkrong anak-anak muda di Manila. Dari yang paling modern dan mewah sampai yang semacam warteg di tepi jalanan. Orang Filipina umumnya suka musik. Bar dan café adalah tempat yang banyak dikunjungi anak muda. Manila Ocean Park Berada di daerah Luneta yang merupakan daerah pantai di Metro Manila. Tiket masuk untuk kategori terusan sebesar 700 peso. Manila Ocean Park ini buka setiap hari. Rizal Park & Traditional Culinary Center Berada di seberang jalan Manila Ocean Park. Jadi acara jalan-jalan di kedua tempat ini bisa terintegrasi dalam sekali tempuh sekaligus menghemat ongkos. Menariknya lagi, Rizal Park yang di dalamnya juga ada Japan Park ini connected dengan the Philippines traditional culinary center. Dimana, kudapan-kudapan khas Filipina yang sebagian mirip dengan makanan melayu serta nusantara dijajakan dengan harga yang reasonable. SM Mall of Asia SM Mall of Asia adalah mal modern yang terbesar sekaligus terlengkap di Asia. Empat bangunan yang saling terkoneksi membentuk SM Mall of Asia. Dimana peruntukkan masing-masing bangunan itu adalah sarana bermain, sarana hiburan, bangunan taman di bagian Utara dan area parker di Selatan. Tempat ini nyaman tak hanya untuk berbelanja, tapi bila hanya sekadar window shopping pun sangat oke. Atau sekadar makan di foodcourt-nya, minum-minuman ringan sambil nge-net di cafeteria juga oke. Pada lantai paling atasnya ada sarana ice skating. Eastwood Mall modern lainnya di Manila adalah Eastwood. Tidak sebesar dan toko-toko barang branded-nya tidak selengkap SM Mall of Asia memang, tapi cukup oke sebagai tempat one stop shopping keluarga. Jika mencari suvenir khas Filipina, baik di SM Mall of Asia maupun Eastwood ada toko Filipino Kultur. (bersambung)

Berpetualang Seru Ala Backpacker di Manila (Part. 1)

INDONESIA dan Filipina bertetangga langsung namun hubungan bisnis maupun pariwisata keduanya kurang dekat. Setidaknya, jika dibandingkan dengan hubungan Indonesia dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand. Filipina juga belum menjadi tujuan wisata bagi pelancong Indonesia demikian pula sebaliknya, dari Filipina masih sedikit yang berlibur ke Indonesia. Pola hubungan kedua negara ini juga terlihat dari sedikitnya maskapai yang melayani rute kedua negara ini. Jakarta-Manila hanya dilayani Philippines Airline dan Cebu Pacific. Sementara belum ada maskapai Indonesia yang melayani rute Jakarta-Manila. Rute lain yang dulu pernah ada adalah Manado-Davao oleh Wings Air. Penulis yang kebetulan pernah menempuh pendidikan pascasarjana di Kota Manila, yang berada di Pulau Luzon, menyempatkan diri menjadi traveler yang murah meriah atau biasa dikenal dengan istilah backpacker. Ada beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi dan biasa penulis datangi saat weekend maupun hari libur nasional atau libur kuliah. Pilihan sarana transportasi dalam kotanya pun lumayan beragam dan terjangkau. Jika pelancong ingin lebih nyaman, maka taksi dengan argometer dan AC adalah pilihan yang jitu. Namun jika ingin lebih berpetualang sebagai traveler sambil menikmani keindahan Pulau Luzon dan khususnya Kota Manila maka ada beberapa pilihan. Jeepney Jika di Jakarta ada bajaj, di Bangkok ada tuk tuk, maka di Manila ada jeepney. Angkutan umum dalam kota ini sesuai namanya memang mirip angkot. Terutama seperti yang ada dalam Serial Si Doel Anak Sekolahan tapi agak besar. Ya, jeepney ini memang kendaraan umum yang sudah tua di Filipina dan sudah dimodifikasi antara mikrolet biasa dengan penutup kap dari kayu kasau. Penumpangnya duduk di belakang bagian driver dengan posisi saling berhadapan satu sama lain, persis angkot di Indonesia. Ada juga yang bisa memilih tempat duduk di samping pak driver. Seperti halnya saudaranya di Indonesia, jeeepney juga bisa berhenti sesuka-sukanya. Penumpangnya pun bisa menikmati suasana kota dari jendela terbuka dengan hembusan “AC alami” nan sepoi-sepoi…. Mengenai ongkosnya, sangat terjangkau dan bervariasi antara 7 sampai 14 peso, tergantung jarak tempuh. MRT dan LRT Berkunjung ke Manila sebenarnya tidak merasa ‘asing’ buat penulis. Disamping wajah-wajah citizen-nya yang mirip orang Indonesia, tata kotanya pun tak jauh berbeda. Seperti halnya Jakarta, kemacetan dan banjir juga acapkali mewarnai Manila kendati tingkat kemacetannya masih rendah. Mobil buatan Indonesia (Innova & Avanza) juga banyak terlihat di jalanan Manila. Kesamaan lain yang lebih mengental tampak saat mengunjungi mal yang ada di sama, barang-barang branded global yang ada di Jakarta juga ada di sana. Mungkin yang lebih membedakaan kedua kota ini adalah MRT & LRT. Bagaimana pun, Manila sudah jauh lebih maju dibandingkan Jakarta apalagi Bandarlampung untuk kedua hal ini. Manila memiliki 1 jalur MRT dan 2 jalur LRT. Penulis pun mencoba kedua angkutan umum ini. Dan ternyata…., MRT di Manila ini secara fisik sangat beda dengan MRT di Singapore, Bangkok ataupun Berlin yang juga pernah penulis kunjungi. Gerbongnya lebih sempit dan dalam satu rangkaian terdiri beberapa sub rangkaian yang masing-masing terdiri 2 gerbong. Jadi penumpang tidak bisa berjalan dari gerbong depan ke belakang (bisanya hanya untuk setiap 2 gerbong). Lebih mirip desain monorail yang disambung-sambung. Bentuk stasiunnya juga sangat sederhana bahkan di Ayala Station yang merupakan stasiun paling besar kondisinya masih jauh lebih bagus Stasiun Gambir. Penumpang dapat membeli tiket dari vending machine maupun di loket tiket yang ada di setiap station. Namun bila membeli di loket, harus siap-siap tabah sampai akhir karena panjang antriannya yang mengular. Itu masih ditambah dengan rasa gerah yang tiada tara apalagi jika berpetualang di siang hari. Filipina seperti Indonesia memang termasuk negeri dengan dua musim yang sangat berdekatan dengan garus khatulistiwa, jadi terik mentari siang di tambah berjubelannya barisan antrian tentu membuat peluh bercucuran. Tipsnya, selalu bawa minum air putih (misal dalam traveler botol) sendiri. Sedangkan bila membeli tiket di vending machine, antrian tidak begitu panjang namun tipsnya harus menyediakan uang koin. Sebab vending machine tidak menerima uang kertas. Yang menyenangkan, harga tiket sekali jalan untuk jarak terjauh terbilang sangat murah, yakni sebesar 14 peso atau Rp3.400 saja. Menariknya, baik pada MRT maupun LRT peruntukan gerbong-gerbongnya dibedakan antara penumpang perempuan dan anak-anak dengan gerbong untuk lelaki. Selain itu ada pula gerbong khusus untuk citizen yang berkebutuhan khusus dan lansia. Biasanya gerbong ini ada di bagian paling depan setelah lokomotif, dilanjutkan dua atau tiga gerbong selanjutnya untuk perempuan dan anak-anak sedangkan gerbong-gerbong di bagian akhirnya khusus untuk penumpang pria. Pola dikotomi antara gerbong perempuan dan pria yang diterapkan ini perlu di contoh di Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar. Filipina sebagai negara Katolik pun telah lama mengimplementasikannya untuk alasan keamanan bagi warga perempuan. Airport Metro Manila (sebutan warga kota untuk Manila), memiliki 2 airport. Satu berada di dekat Manila yakni Ninoy Aquino International Airport (NAIA) dan satu lagi berada di luar kota, yakni Bandara Clark. Philippines Airline dan Cebu Pacific mendarat di Ninoy Aquino International Airport sedangkan Air Asia menggunakan bandara Clark yang berjarak 80 Km dari Manila. Philippines Airline menggunakan Terminal 2 sedangkan Cebu Pacific menggunakan Terminal 3 yang lebih baru dan moderen. Mendarat di Ninoy Aquino International Airport, pelancong (apalagi yang tidak bisa berbahasa Tagalog) harus berhati-hati dalam memilih angkutan shuttle untuk bisa sampai ke pusat kota (Metro Manila). Carilah taksi legal di tempat/koridor khusus dengan sebelumnya mendaftarkan dan membayar 3 peso pada petugas yang ada. Jangan sekali-kali mencari atau meminta dicarikan taksi oleh calo. Selain harus membayar fee kepada calo, penumpang juga bisa dikenai ongkos taksi berkali-kali lipat besarnya. Tips nyaman menjadi backpacker lainnya, cari taksi bandara secara online sebelum penerbangan Anda ke Manila. Atau, cari sharing partner yang bisa berbahasa Tagalog, tak masalah jika menguasai sedikit kosakatanya. Atau pelajari dan hapalkan beberapa kata-kata umum sebelum berangkat melalui Google translator. Toh, bahasa Tagolog yang notabene satu rumpun dengan bahasa Melayu, memiliki banyak kosakata yang sama atau mirip dengan bahasa Melayu. Sebut saja kata anak, dalam bahasa Tagalog juga anak, payong untuk payung (umbrella), mahal untuk mahal (expensive), kanan (right) dan lain-lainnya. Sedangkan kosakata yang mirip seperti salamat yang mirip dengan selamat namun artinya terima kasih. Atau kata sandalan yang artinya bersadar. Sangat mirip dengan istilah sandaran dalam bahasa kita bukan? (bersambung)