Monday, July 13, 2015

Berpetualang Seru Ala Backpacker di Manila (Part 3/End)

When Ancient and Modern Collide

PADA bagian terakhir dari tulisan features ini, penulis akan bercerita tentang sisi-sisi lain yang berhubungan dengan kuliner, bahasa, pendidikan dan komunitas muslim di Filipina khususnya Kota Manila. Sisi kuno dan masih di “bawah garis” tampak jelas di kawasan penduduk muslim Manila sementara wilayah modern, pusat perbelanjaan dan kampus swasta yang mewah menjadi ikonik lain dari wajah Manila. Begitulah kota ini, perpaduan antara yang kuno dan modern menjadikannya kota yang unik. Tata Kota dan Pemukiman Muslim

Tidak seperti kota-kota besar lain, penamaan kota/distrik di Manila agak unik. Metro Manila sendiri sebenarnya terdiri dari beberapa distrik. Pemerintah daerah dan warga Manila menyebut distrik sebagai city. Ada Manila City, Makati City, Pasig City, Quezon City, Caloocan, Las Pinas, Malabon, Mandaluyong, Marikina, Muntinlupa, Navotas, Paranaque, Pateros, San Juan, Taguig dan Valenzuela City. Kendati dibilang city, sebenarnya luasnya hanya setara dengan kecamatan di Jakarta, bahkan ada yang lebih kecil lagi. Dari sekian banyak district itu, Makati City merupakan Central Business District dengan tata kota paling rapi.

Di Makati inilah berdiri perkantoran dengan gedung-gedung menjulang tinggi, hotel berbintang, shopping malls, dan tentu saja banyak apartment. Makati ini memang distrik yang dikembangkan khusus oleh pengembang di sana, jadi sangat berbeda penampilannya dibandingkan dengan distrik-distrik lain. Seperti telah dipaparkan pada edisi lalu tentang Intramuros, ini juga salah satu distrik di Manila. Intramuros yang merupakan cikal-bakal kota Manila bahkan dulunya adalah Manila itu sendiri merupakan suatu daerah yang dibuka dan dikembangkan oleh Raja Sulaiman. Raja ini adalah seorang muslim. Dan, sisa-sisa peninggalan masa kejayaan wilayah muslim di sekitar Intramuros masih tampak jelas hingga sekarang.

Pemukiman muslim tetap berdiri dan bertahan di dekat Intramuros. Sayangnya pemukiman muslim dengan penduduk Islam yang asli warga Filipina di Manila ini tampak kumuh dan kurang tertata baik. Kondisi warganya juga tampak kurang terpelajar. Ini terbukti dari bahasa sehari-hari mereka yang hanya menguasai bahasa Tagalog (bahasa resmi pendidikan di Filipina adalah Bahasa Inggris) dan pekerjaan yang umumnya dilakukan warga muslim di sekitar Intramuros.

Warga muslim Intramuros hanya bisa menjadi pekerja kasar atau paling tinggi berdagang itupun kalau punya modal. Karena umumnya mereka tidak sekolah atau hanya tamatan SD. Warung-warung kelontong atau kedai makanan halal milik warga muslim juga banyak yang menjajakan makanan khas dari Indonesia. Bahkan Indomie mudah dijumpai kendati harganya sudah selangit. Di kawasan muslim Intramuros ada sebuah masjid besar yang lokasinya masuk di pemukiman warga. Di masjid inilah anak-anak warga muslim belajar mengaji sekaligus dasar-dasar calistung. Jadi, karena keterbatasan biaya orangtuanya dalam menyekolahkan anak, mereka sudah terbantu dengan telah belajar membaca di masjid.

 Kuliner dan Suvenir

Banyak jenis-jenis makanan Filipina yang mirip makanan nusantara.


Halo-halo

Halo-halo adalah es campur khas Filipina. Dalam bahasa Tagalog, halo berarti campur. Mirip es shanghai kalau di Indonesia, halo-halo juga berisi banyak campuran dengan topping scoop ice cream. Isinya agar-agar warna-warni cerah yang dipotong dadu, kolang-kaling, pacar cina, umbi, kacang merah, pisang dan nangka. Ciri khasnya ada di topping-nya, yaitu ube ice cream. Ube dalam bahasa Tagalog berarti ubi (biasanya ubi ungu). Umumnya halo-halo disajikan dalam sebuah mangkuk atau wadah khas dessert yang transparan. Harga per porsinya, jika beli di restoran atau café mewah sekitar 50 peso, tapi di kantin kampus tempat penulis kuliah yakni Ateneo De Manila University cuma 25 peso, sangat reasonable untuk kantong mahasiswa.

Puto

Puto termasuk snack tradisional khas Filipina yang memasyarakat. Makanan ini juga sangat famous di Indonesia. Kalau di sini dikenal dengan nama kue apem, namun di Filipina puto dikonsumsi tidak dengan parutan kelapa muda. Panganan tradisional dari tepung beras yang berwarna-warni ini dimakan begitu saja sebagai cemilan. Mendapatkannya mudah karena banyak dijual di kedai-kedai oleh-oleh di jalanan terutama di Provinsi Pangasinan yang berada di sebelah Utara Pulau Luzon.

Balut dan Tokneneng

Dalam beberapa dialek di Filipina, ada yang menyebutnya Balot. Dari akar kata yang sama dengan bahasa Melayu, balut, yakni membalut atau pembalut (wrapped). Karena makanan ini memang dibalut adonan tepung. Makanan ini terkenal karena keekstremannya, yakni berasal dari telur bebek dengan embrio setengah jadi.
Saya termasuk lama tinggal di Filipina, tetapi sampai saya lulus tetap tidak pernah menemukan balut yang benar-benar terbuat dari telur dengan embrio bebek di dalamnya. Namun karena saya seorang muslim, maka balut tidak benar-benar masuk dalam daftar the must eat foods saya. Selama saya kuliah di Manila, hanya tokneneng yang banyak dijajakan oleh pedagang di pinggiran jalan. Termasuk di sekitar tempat saya tinggal di Regina Residence, di Xavierville Avenue.

Tokneneng adalah makanan gurih dari telur ayam yang direbus lalu dibalut dengan adonan tepung berwarna oranye dan digoreng. Mengonsumsinya dengan cocolan kuah asam manis yang diberi topping irisan ketimun. Mirip dengan cuko pempek. Karena rasanya yang lezat dan harganya yang terjangkau, jadilah saya sering membelinya sebagai pembalut mulut sekaligus pengganjal perut.

Binondo

Binondo sebenarnya adalah nama daerah atau area di dalam kawasan Chinatown. Karena di sini ada salah satu restoran yang menyediakan makanan khas pecinan dengan nama yang sama yakni Binondo maka orang-orang menyebut makanan ini juga dengan istilah Binondo.

Yakni makanan khas daerah pecinan di Manila yang berisi mie dan kuah seperti sup. Rasanya sangat lezat dan khas, mirip dengan sup tom yam dari Thailand. Disajikan saat hangat dengan berbagai jenis sambal plus cabe merah kering bubuk. Cocok untuk appetizer saat cuaca dingin.

Barong Tagalog
Barong Tagalog adalah kain tekstil khas Filipina. Biasanya dijual sudah dalam bentuk busana siap pakai. Baik untuk pakaian pria, wanita maupun untuk anak-anak. Busana dari bahan ini menjadi busana resmi nasional seperti kebaya dan batik kalau di Indonesia. Biasanya digunakan pada acara-acara resmi, seminar, menghadiri resepsi pernikahan kerabat dan lainnya.

Bahannya sangat tipis, transparan dan keras/kaku, mirip dengan bahan kain shantung namun lebih tipis. Warna yang paling umum untuk pakaian nasional kaum pria adalah putih atau krem. Dengan model yang umum kemeja lengan panjang dan kerah shanghai mirip baju koko. Sedangkan model untuk busana wanita lebih beragam, modern dan sudah banyak dimodifikasi. Pakaian dari bahan ini menjadi salah satu souvenir utama yang dibeli penunjung mancanegara.
Selain itu, ada berbagai suvenir khas lainnya dengan harga yang juga variatif. Misalnya gantungan kunci, magnet kulkas, hiasan dinding, T-shirt dan lainnya. Pendidikan dan Bahasa Secara umum, sistem pendidikan di Filipina mirip dengan di Indonesia. Dimulai dari tingkat TK, SD hingga high school dan perguruan tinggi. Namun berbeda dengan di sini, bahasa pengantar pendidikan di Filipina adalah Bahasa Inggris. Ateneo De Manila University (ADMU) Universitas swasta ini sudah berdiri sejak zaman kolonial Spanyol dan dikelola Perkumpulan Gereja Katolik Spanyol pada saat itu.
Hingga kini ADMU telah berusia 152 tahun dan dies natalisnya dirayakan setiap bulan Desember. Ciri khas kampus ini, setiap pagi pukul 8.30 waktu setempat (waktu Manila lebih dahulu satu jam dari WIB atau sama dengan WITA, Red) diputarkan Philippines Anthem dan semua orang terutama mahasiswa termasuk mahasiswa asing harus berdiri tegak dalam posisi siap.

Warga negara setempat bahkan meletakkan telapak tangan kanannya di dada kiri sepanjang lagu kebangsaan mereka itu diperdengarkan. Dari segi palayanan, di kampus ini ada vending machine untuk minuman dan snack. University of Philippines (UP) Jika ADMU sejajar dengan Universitas Trisaksi-nya Filipina maka UP adalah UI-nya. Ya, UP adalah univesitas negeri tertua, terbesar dan, of course, terfavorit di Filipina. Letak kampusnya tak jauh dari ADMU. Hanya satu kali naik angkot bisa sampai di kampus ini. Bahasa Tagalog Tagalog merupakan bahasa daerah yang paling banyak dipakai warga di Filipina.

Tapi bahasa Inggris juga cukup luas digunakan terutama di perkotaan. Beberapa kata ternyata sama dengan Bahasa Indonesia/Melayu, ada yang sama persis sesuai artinya atau memiliki arti berbeda.

 Beberapa kata sederhana dalam bahasa Tagalog yang mirip bahasa Indonesia yakni:
- Anak = anak
- Mahal = mahal
- Payong = payung
- Sapato = sepatu
- Kanan = kanan
- Sayang = sayang

Sementara kalimat-kalimat sederhana yang umum dipakai sehari-hari, seperti:
• Magandang umaga po (Selamat pagi)
• Magandang tanghali po (Selamat siang)
• Magandang papon po (Selamat sore)
• Magandang gabi po (Selamat malam)
• Kumusta po kayo (Apa kabar)
• Mabuti po naman (Saya baik-baik saja)
• Tuloy po kayo (Silakan datang lagi)
• Salamat (Terima kasih)
• Mahal kita (Aku cinta kamu)
• Maraming salamat (Terima kasih banyak)
• Opo/oho (Ya)
• Hindi (Tidak)
• Hindi ko po/ho alam (Saya tidak tahu). (tamat)

1 comment: